Saya baru saja berdiskusi dengan adek sepupu saya, namanya Noriko Yunanto. Dia bekerja sebagai protokoler di Provinsi Kalimantan Tengah. Saya kurang tau persis apa job description-nya, tetapi yang saya tau tugasnya mempersiapkan kedatangan pejabat di lingkup Provinsi Kalimantan Tengah.
Namun kali ini saya tidak membahas pekerjaan Noriko. Saya baru saja ditanya pendapat berkaitan dengan pilkada yang akan datang khususnya di Kota Palangka Raya. Pertanyaannya sederhana. Menurut mas, bagaimana kalau si Amir (anggap saja namanya itu) yang jadi walikota karena meskipun masih muda tapi pendukungnya cukup besar di kalangan pejabat dan partai politik? Terus terang saya tidak menjawab setuju atau tidak setuju karena terus terang saya baru saja mendengar nama tersebut. Saya hanya menyampaikan kepada Noriko bahwa seseorang bisa dinilai kepemimpinannya (dalam hal ini sebagai kepala daerah) apabila sudah teruji menjadi pemimpin dalam bidang yang lain. Sulit untuk memberi penilaian yang objektif apabila tidak ada pengalaman tersebut sehingga penilaiannya akan menjadi sangat subjektif. Sebagai contoh yang akan saya ambil pada saat saya difoto dengan para pemimpin di Palangka Raya seperti di bawah ini. Kita bisa dengan objektif menilai para pemimpin itu. Beliau-beliau di samping saya adalah pemimpin saat ini. Saya sebutkan satu persatu dari kiri ya…
Ibu Desi (pemimpin mata kuliah di FISIP UPR/dosen), Pak Syamsuri (Wakil Dekan I FISIP UPR), Pak Riban Satia (Walikota Palangka Raya 2013-2018), Pak Mofit (Wakil Walikota Palangka Raya 2013-2018), Ibu Puput (Ketua Lab FISIP 2011-2015) dan saya sendiri (pemimpin rumah tangga).
Tapi yang pasti siapapun yang menjadi pemimpin nanti, tugas berat sudah menanti untuk mengadministrasi keadilan. Dan yang perlu diingat, di atas keadilan masih ada kebajikan. Demikian juga dengan tulisan ini yang bisa saja salah. Karena di atas tulisan masih ada kebenaran. Salam hormat saya untuk para pemimpin!…