Setiap akhir tahun khususnya di bulan Desember selalu menjadi masa panen bagi semua kegiatan pariwisata. Pengunjung destinasi wisata pada umumnya meningkat pesat dan inilah waktu yang tepat untuk menguji kesiapan sebuah destinasi wisata baik dari perspektif obyek (destinasi) maupun subyek (manusia). Pada kesempatan ini secara khusus saya ingin membawa pembaca menuju ke sebuah lokasi wisata di daerah Sebangau di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kawasan ini memiliki 2 destinasi wisata unggulan yaitu Pelabuhan Kereng Bangkirei (dengan segmentasi wisatawan domestik atau lokal) dan Taman Nasional Sebangau (dengan segmentasi wisatawan nasional atau internasional) yang tentu saja memiliki arah perkembangan dan perencanaan kegiatan wisata yang berbeda. Kereng Bangkirei menjadi sebuah destinasi wisata secara spontanitas (yang pada umumnya mudah muncul dan mudah dilupakan apabila tidak ada inovasi karena sifatnya buatan manusia / man made) sedangkan Taman Nasional Sebangau yang mengandalkan ekologi atau alam telah direncanakan menjadi sebuah destinasi wisata tetapi memiliki banyak tantangan karena kegiatan konservasi menjadi tujuan utama taman nasional di Indonesia.
Dalam kesempatan ini perlu diluruskan juga bahwa Pelabuhan Kereng Bangkirei bukanlah kawasan Taman Nasional Sebangau tetapi hanyalah salah satu pintu gerbang untuk menuju taman nasional dari Kota Palangka Raya. Lebih lanjut lagi, apabila diilustrasikan dengan beberapa destinasi wisata lainnya di beberapa tempat di Indonesia, maka Taman Nasional Sebangau dapat diibaratkan seperti Karimunjawa dengan Pelabuhan Kartini-nya sebagai Pelabuhan Kereng Bangkirei, atau bisa juga seperti Pulau Bidadari sebuah resor di Pulau Seribu dengan Pelabuhan Marina Ancol, atau bisa juga bila dibandingkan dengan di luar negeri yaitu Pulau Nami di Korea Selatan (salah satu lokasi film drama Korea Winter Sonata) dengan Pelabuhan Gapyeong.
Akan tetapi, berbeda dengan Pelabuhan Kereng Bangkirei dan Taman Nasional Sebangau, pelabuhan-pelabuhan yang ada di beberapa tempat lainnya di atas hanyalah faktor penunjang dari destinasi wisata utama. Destinasi wisata Kereng Bangkirei telah menjadi sebuah destinasi wisata utama yang berdekatan dengan destinasi wisata Taman Nasional itu sendiri. Oleh karena itu, meskipun sifat dan karakter wisata yang dimiliki terlihat berbeda namun ada kemungkinan keduanya memiliki pasar wisatawan yang sama. Artinya ada kemungkinan segmentasi pasar yang dimiliki destinasi wisata di Kereng Bangkirei juga mencoba mengunjungi Taman Nasional Sebangau karena letaknya yang berdekatan.
Berdasarkan informasi dan observasi yang dilakukan pada saat liburan akhir tahun 2017, tingginya tingkat kunjungan di Pelabuhan Kereng Bangkirei diiringi dengan laporan menumpuknya sampah modern yang belum dikelola dengan baik yang dengan demikian semakin menekankan bahwa destinasi wisata ini dapat dikategorikan sebagai mass tourism atau wisata massal. Pengelolaan destinasi wisata dengan konsep mass tourism sebenarnya juga tidak boleh mengabaikan kesadaran wisata, yaitu wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan ikut menjaga nilai-nilai yang dimiliki destinasi tersebut. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas manusia pariwisata sebaiknya lebih diprioritaskan daripada peningkatan prasarana pariwisata. Pemerintah Kota Palangka Raya dalam hal ini sebaiknya dapat melakukan program sosialisasi tentang pentingnya sadar wisata seperti sosialisasi tentang kebersihan, keteraturan, ketertiban dan kedisiplinan baik kepada penyedia jasa pariwisata ataupun wisatawan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang yang diperlukan. Misalnya program sosialisasi kebersihan sebaiknya dibarengi dengan penyediaan dan pengaturan tempat sampah ataupun toilet yang memadai. Sosialisasi tentang keteraturan dan ketertiban sebaiknya bisa dibarengi dengan penyediaan fasilitas umum seperti penyediaan area parkir ataupun area menunggu bagi pengunjung yang mau menggunakan jasa pariwisata susur sungai. Implementasi program desa wisata di Kereng Bangkirei secara terpadu dapat mengakomodir peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan fasilitas penunjang pariwisata sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran pariwisata.
Kesadaran pariwisata sangat diharapkan karena kurangnya kesadaran wisata baik dari penyedia jasa wisata ataupun wisatawan pada destinasi wisata yang berdekatan tentu akan memberikan pengaruh besar, apalagi untuk destinasi ekowisata (dalam hal ini Taman Nasional Sebangau) yang menuntut kesadaran wisata yang tinggi dari pengunjung supaya kelestarian alam tetap terjaga. Kesadaran wisata di Dermaga Kereng Bangkirei secara implisit telah memberikan pesan kepada pengelola Taman Nasional Sebangau bahwa tingkat kesadaran wisata yang bertanggung jawab dari penyedia jasa pariwisata ataupun wisatawan perlu ditingkatkan.
Biaya wisata yang tinggi bisa saja digunakan sebagai adalah salah satu cara untuk melakukan filter terhadap pengunjung karena beberapa studi memperlihatkan bahwa pengunjung yang termasuk dalam kategori ekoturis (yang mengunjungi destinasi-destinasi ekowisata) memiliki pendidikan dan penghasilan lebih tinggi dari pada pengunjung yang menikmati mass tourism, namun tetap saja hal tersebut tidak menjamin bahwa pengunjung akan memiliki perilaku sadar wisata yang diharapkan. Dekatnya jarak antar destinasi wisata bisa saja memberikan impuls buying bagi wisatawan untuk mencoba destinasi wisata lain yang memiliki perbedaan karakter. Atau dengan kata lain, ada kemungkinan wisatawan yang berkunjung ke dermaga Kereng Bangkirei kemudian juga mau mencoba menikmati destinasi Taman Nasional Sebangau. Tentu saja hal ini dihindari oleh pengelola taman nasional yang memprioritaskan konservasi atau pelestarian lingkungan yang menuntut nilai kesadaran wisata yang tinggi untuk mencegah lokasinya menjadi sebuah destinasi wisata massal. Namun demikian, pengelola taman wisata juga harus sadar bahwa karakter ekowisata bukanlah sesuatu yang abadi karena semua kegiatan pariwisata akan berakhir pada pariwisata massal sesuai dengan sifat asli wisata itu sendiri.
Meskipun sifat konsumtif wisatawan adalah sifat dasar pariwisata, namun sadar wisata bukan berarti sadar rekreasi. Sadar wisata adalah pemahaman dan tanggung jawab moral dari semua pelaku pariwisata untuk menjaga lingkungan dan menghormati nilai-nilai budaya setempat.
Salam Pariwisata Indonesia!..