Sudah 3 minggu berlalu sejak kedatangan di Indonesia dan saya hampir tidak pernah menyentuh komputer untuk menulis karena males banget kondisi perjalanan kembali ke Indonesia bersama keluarga yang cukup melelahkan maka kegiatan menulis jadi terabaikan.
Ini hari pertama saya menyentuh komputer untuk menulis, dan asiknya mengunakan komputer di kampus…(yeaaaayyy). Karena kebaikan ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara (IAN), saya diijinkan menggunakan komputer dengan fasilitas wifi fakultas yang kecepatannya cukup (kadang-kadang bisa buat buka email dan upload data 🙂 ). Paling tidak, ada penunjang untuk komitmen saya menulis di blog 4x dalam sebulan (semoga..) dan semoga saya juga bisa memberikan imbal balik atas kemudahan yang ada untuk membantu FISIP UPR dan secara khusus jurusan IAN.
Asik yang kedua yaitu di ruangan ini saya menjadi super junior (bukan superman) dan ganteng sendiri karena satu-satunya pria (hehehehe). Lihat saja meja saya yang di sudut itu dengan kursi birunya, spertinya asik buat ngeblog atau mesbuk menulis kan?!..
Di dalam foto itu juga terlihat Ketua Jurusan IAN kami yang sedang bekerja serius memikirkan mahasiswa. Salah satu senior perintis fakultas kami juga ada di dalam foto sebelah kiri. Jadilah diruangan ini, baik pimpinan, dosen senior dan staf di jurusan Ilmu Administrasi Negara (IAN) semuanya cantik-cantik jadi selain suasanya semerbak, saya juga bisa banyak belajar dengan damai. Tidak seperti di perpustakaan saya saat sekolah S3 di musim panas…bau para mahasiswa cowok yang kecuuuuttt itu membahana di semua ruangan. Maklum saja, kebiasaan jarang mandi pada saat musim dingin terbawa sampai musim panas, padahal mereka berkeringat. Jadinya ‘aromaterapi super’ itu hadir dimana-mana.
Bagi saya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya (Fisip UPR) sudah berubah lebih baik sejak saya tinggalkan untuk sekolah pada tahun 2013. Paling tidak, mahasiswanya lebih banyak, ada fasilitas registrasi online mahasiswa dan pembangunan fasilitas tambahan sarana belajar. Meskipun tetap saja ada kekurangan dan kelemahan yang lain namun tentu saja tetap perlu disyukuri. Justru kekurangan itulah yang membuka pintu kesempatan agar kita (dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan) dapat memberikan kemampuan kita supaya menjadi lebih berguna lingkungan. Saya jadi teringat teman saya Robert sewaktu bekerja di Inggris, dia selalu gembira dan sehat selalu dalam usia 60 tahun padahal pekerjaanya hanya di level terendah seperti saya dengan gaji Grade 1. Dia selalu mengingatkan saya dalam bahasa jawa ‘be grateful and always thank to the universe’, alias kunci bahagia yaitu selalu bersyukur dan berterima kasih pada alam semesta. Saya yakin dan tidak pernah kehilangan semangat bahwa UPR akan semakin maju karena kita sendirilah yang mengatur itu. Hidup Mestakung!! (Semesta Mendukung).