Tanggal 8-9 September 2017 minggu lalu saya mengikuti Konferensi Internasional IAPA (Indonesian Association for Public Administration) di Surabaya. Ini pertama kali saya mengikuti seminar internasional sebagai peserta aktif (co-author), biasanya ya hanya sebagai partisipan alias penggembira dan itupun kalau konferensinya digelar di kota sendiri. Maklum saja, dana subsidi untuk mengikuti konferensi sangat terbatas sehingga tidak jarang kami para dosen harus mengeluarkan biaya sendiri untuk mengikuti konferensi. Sepertinya ‘dana’ adalah permasalahan klasik semua dosen yang mau mengadakan penelitian ataupun mengikuti konferensi (mengutip informasi Abah Hamid). Namun ya itu tadi, dosen Indonesia adalah dosen yang super hebat karena toh nyatanya mereka bisa survive selesai sekolah meskipun beasiswa terlambat ataupun melakukan penelitian dengan dana swadaya untuk mengejar kredit poin (koq malah curcol).
Kembali ke laptop. IAPA sendiri merupakan asosiasi bagi para dosen dalam bidang administrasi publik dimana kajian-kajian dan penelitiannya diharapkan dapat mendukung jalannya kebijakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel jadi sangat sesuai dengan tema konferensi kali ini yaitu ’Towards Open Government: Finding The Whole-Government Approach’. Dalam konferensi ini saya juga banyak mendapat gizi tambahan karena makan teratur yang disediakan panitia informasi langsung dari para pemakalah yang tentunya akan lebih mudah diingat daripada membaca jurnal. Otak saya biasanya akan memberikan ruang tersendiri bagi pengalaman sehingga mudah diingat dibandingkan membaca jurnal, maklum otak saya masih Pentium I dan nggak bisa lagi diupgrade sampai intel core i7.
Yang pasti, konferensi ini sangat menyenangkan, bukan hanya karena biaya konferensi dan perjalanan yang dibantu oleh Fakultas, tetapi juga saya berkesempatan untuk bertemu para akademisi di bidang administrasi publik dan terkhusus juga saya berkesempatan bertemu senior saya dari Solo dan Manchester, Pak Yanuar Nugroho. Kami sempat berfoto bersama lho 😊.
Beliau juga menjadi motivator singkat (hanya sempat ngobrol di lift) bagi saya dengan berpesan bahwa lulusan PhD harus bermanfaat. Jangan dipertanyakan kalau beliau tentu saja sangat bermanfaat bagi Indonesia karena diminta untuk menjadi Deputi II KSP (Kantor Staf Presiden) dan memilih meninggalkan Kota Manchester. Kalau saya kembali ke Indonesia tentu karena
sebuah keharusan (gak sanggup bayar denda beasiswa DIKTI) juga ingin mengabdi kepada Indonesia seperti Pak Yanuar. Oleh karena itu, meskipun saya hanya seorang dosen ‘cupu’ (biasa banget) yang mencari remah-remah rengginang di blek Khong Guan, saya harus tetap berjuang untuk bermanfaat bagi negara dan bangsa, minimal keluarga lah karena mereka juga warga negara Indonesia 😊. Yang jelas, pesan singkat beliau tentu menambah semangat saya berkarya di Indonesia tercinta. Sampai jumpa lagi di acara yang akan datang Pak Yanuar, salam hormat dan sukses selalu!…