Piknik…

Saya teringat diskusi dengan salah satu mentor saya sebagai dosen yaitu Mbak Herlina seorang dosen senior di Surabaya yang sama-sama menempuh pendidikan S3 di University of Central Lancashire. Beliau berkata jadi manusia harus berwawasan luas supaya pengetahuannya juga luas sehingga matang dalam mengambil keputusan. Salah satu caranya ya dengan jalan-jalan alias traveling. Jadilah saya gunakan alasan itu buat rekreasi piknik supaya gak jadi anggota kaum ‘bumi datar’ dan nggak ditegur mentor saya ‘kurang piknik’.

Kalau saya sudah pernah keliling Inggris Raya (Wales, Skotlandia, Irlandia Utara dan Inggris), berarti bolehlah tujuan saya piknik berikutnya keliling Indonesia. Cuman startnya dimulai di Palangka Raya dulu. Piknik kali ini ke Batu Banama dan Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling. Nostalgia karena saya pada saat SD sudah pernah ‘menggelinding’ alias jatuh meluncur sampai kaki Bukit Tangkiling, hehehe…(punya bakat ‘risk taker’ yang tanpa perhitungan). Kedua tempat itu saya kunjungi hari Sabtu karena menghindari kondisi ramai. Biasanya tempat-tempat wisata itu ramai pada hari libur termasuk Hari Minggu dan hari libur nasional. Meskipun waktu yang nyaman untuk mengunjungi obyek wisata khususnya wisata alam tidak di hari libur, tapi kadang-kadang mau bagaimana lagi, karena biasanya kita baru bisa piknik tepat pada waktu hari libur. Beruntunglah saya bisa pergi ke sana pada hari Sabtu sekaligus refreshing sebagai bagian observasi penelitian. Pada saat kami mengunjungi kedua obyek wisata itu kondisinya sepi. Entah karena sekarang memang sepi karena tidak ada atraksi dan bukan hari libur atau memang obyek wisata itu sudah sepi pengunjung. 20170930_111900

Kedua potensi wisata (dikategorikan potensi wisata karena belum ada ‘atraksi’ sebagai salah satu unsur obyek wisata) itu masih seperti dulu. Batu Banama juga masih ada coretan tangan (padahal sekarang kan nggak perlu kasih tanda tangan di batu kalau sudah pernah kesana, selfie memanfaatkan teknologi kan cukup aja sebagai bukti). Demikian pula TWA Tangkiling juga masih 11-12 dengan ingatan masa lalu saya. Ada kandang buaya yang buayanya sudah nggak ada dan ada seekor beruang madu di kandang yang ditemani beberapa monyet liar. Sepertinya tempat-tempat itu masih perlu berbenah lagi dan pengelolanya harus sering-sering piknik supaya tumbuh ide yang kreatif dan inovatif. 20170930_114258

Paling tidak kedua tempat tersebut lumayan untuk hiburan anak saya yang terheran-heran main ayunan di hutan dan bisa melihat ikan-ikan kecil di sungai (anak ndeso….).

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s